Pilih Aku atau Ibumu?

00:17 Unknown 0 Comments



 السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

Pagi-pagi sekali, Sarah mengetuk pintu rumah Ibunya. Ia menggendong anaknya dan membawa satu tas besar di tangan kanannya. Dari matanya yang sembab dan merah, Ibunya tahu bahwa Sarah pastinya habis bertengkar lagi dengan suaminya, Rafi.

Meski sang Ibu heran karena biasanya Sarah hanya akan menelepon Ibunya sambil menangis jika bertengkar dengan Rafi, tetapi kali ini sang Ibu memilih untuk menanti anaknya sendiri yang akan bercerita. Ayahnya yang melihat anaknya datang pagi-pagi bersama cucunya segera menghampiri dan menanyakan masalahnya.
Sarah kemudian mulai menceritakan awal mula pertengkarannya dengan Rafi tadi malam. Semua bermula ketika Sarah menemukan buku rekening milik Rafi yang terjatuh di dalam mobil mereka. Ketika dirinya meilhat buku tabungan tersebut, dirinya terkejut mendapati Rafi yang selalu menarik sejumlah uang setiap bulannya di tanggal yang sama. Jumlah uang yang ditarik oleh Rafi sama persis dengan jumlah uang yang Rafi berikan padanya. Sarah kecewa karena merasa Rafi telah membohongi dirinya selama ini dengan membagi dua penghasilan suaminya itu entah untuk apa atau siapa. Sarah berfikir mungkin ada wanita lain di dalam kehidupan suaminya itu.

Ayah Sarah yang mendengar semua cerita anaknya itu tidak menampakkan rasa kaget ataupun marah di raut wajahnya. Beliau hanya menghela nafas dan kemudian berkata:

“Sarah....yang pertama, langkahmu datang ke rumah Ayah sudah dilaknat oleh Allah SWT dan para malaikat-Nya. Karena kamu meninggalkan rumahmu tanpa seizin suamimu”. Mendengar kalimat Ayahnya barusan membuat Sarah sontak kebingungan dan tidak menyangka bahwa Ayahnya tidak mendukung tindakannya itu.

“Yang kedua, mengenai uang suamimu. Kamu memang tidak berhak mengetahuinya. Hakmu hanyalah uang yang telah diberikan suamimu ke tanganmu. Itu pun untuk kebutuhan rumah tangga bukan yang lain. Jika engkau membelanjakan uang itu tanpa seizin suamimu meskipun itu untuk sedekah, itu bukan yang benar dan tidak boleh dilakukan”, lanjut Ayahnya tanpa menghiraukan raut kebingungan anaknya.

“Dan Sarah, Rafi sudah menelepon Ayah dan menjelaskan semuanya. Dia memang mengatakan bahwa uang itu memang diberikan setiap bulan untuk seorang wanita. Rafi tidak menceritakannya padamu, karena dia tahu kamu tidak menyukai wanita itu sejak lama. Kamu sudah mengenal wanita itu Sarah dan sejak Rafi menikah denganmu, maka hanya kamulah wanita yang memilikinya”.

“Rafi meminta maaf pada Ayah karena ia hanya berusaha menghindari pertengkaran denganmu. Ayah mengerti karena Ayah sudah mengenal watakmu...”, mata Ayahnya mulai berkaca-kaca sebelum kemudian melanjutkan.

“Sarah......yang harus kamu tahu, setelah kamu menikah maka yang wajib kamu taati adalah suamimu, karena jika suamimu ridho padamu maka Allah pun akan ridho. Sedangkan suamimu, ia sampai kapan pun wajib taat kepada Ibunya, karena begitulah Allah SWT mengatur laki-laki untuk selalu taat kepada Ibunya. Jangan sampai kamu menjadi penghalang bakti suamimu kepada Ibundanya”.

“Suamimu, dan harta suamimu adalah milik Ibunya” , Ayah Sarah mengatakan itu dengan tangis . Air matanya begitu banyak membasahi pipinya.

Seorang Ibu melahirkan anaknya dengan susah payah dan kesakitan. Kemudian ia membesarkannya hingga dewasa hingga anak laki-lakinya siap untuk menikah dan pergi menikah. Ibu melepasnya begitu saja. Kemusian anak laki-laki itu akan sibuk dengan kehidupan barunya, bekerja untuk keluarga barunya, mengerahkan seluruh hidupnya untuk istri dan anak-anaknya. Anak laki-laki itu hanya menyisakan sedikit waktu untuk sesekali berjumpa dengan Ibunya. Bisa seminggu sekali, sebulan sekali, atau bahkan hanya setahun sekali.

“Kamu yang sejak awal menikah tidak suka dengan Ibu mertuamu. Boleh Ayah tahu kenapa?Apa karena rumahnya yang sempit? Sehingga kamu merajuk pada suamimu dan mengatakan bahwa kamu tidak bisa tidur disana, dan anak-anakmu tidak akan betah disana? Sarah...mendengar ini Ayah merasa sakit sekali, kenapa? Karena jika kamu saja tidak nyaman tidur disana, lalu bagaimana dengan Ibu mertuamu yang dibiarkan untuk tinggal disana?”.

“Uang itu diberikan Rafi untuk Ibunya karena dia ingin Ayahnya berhenti berkeliling untuk menjual gorengan. Dari uang itu Ibunda Rafi hanya memakainya secukupnya saja dan selebihnya secara rutin dia bagikan ke anak-anak yatim piatu dan orang-orang yang tidak mampu yang berada di kampungnya. Bahkan sisa uang itu juga masih cukup untuk menggaji seorang guru mengaji di kampung itu”, lanjut Ayah.

Sarah kemudian membatin di dalam hatinya. Ia sering merasa bahwa uang yang diberikan Rafi kurang, karena Sarah butuh banyak pakaian untuk mengantar jemput anaknya sekolah. Sarah juga menjaga penampilannya dengan merawat wajah dan tubuhnya di spa secara rutin. Dia juga berjalan-jalan ke Mall dan berkumpul sesekali dengan teman-temannya di cafe/restoran yang mereka biasa kunjungi.

Sarah menyesali sikapnya yang tak ingin dekat dengan mertuanya hanya karena mertuanya seorang tukang gorengan keliling. Sedangkan tukang gorengan yang dipandangnya sebelah mata itu mampu menjadi Rafi, suaminya seorang sarjana yang mendapatkan pekerjaan yang banyak diidamkan orang. Seorang suami yang juga berhasil mandiri hingga mampu memiliki rumah sendiri yang nyaman dan mobil yang bisa mereka gunakan setiap hari.

“Ayah.....maafkan Sarah”, tangis Sarah meledak seketika. Ibundanya yang duduk disampingnya sejak tadi meraihnya kedalam pelukan.

“Sarah....kembalilah ke rumah suamimu. Ia adalah orang yang baik dan suami yang baik. Bantulah suamimu untuk berbakti kepada orang tuanya. Bantu suamimu untuk menggapai surganya dan dengan sendirinya, ketaatanmu kepada suamimu akan menghantarkan dirimu ke surga”, Ibunda Sarah membisikkan kalimat itu ke telinga Sarah. Sarah hanya mampu menjawabnya dengan anggukan sambil menahan tangisnya. Batinnya merasa sakit karena menyesali sikapnya yang selama ini sudah buruk kepada mertuanya dan berburuk sangka kepada suaminya. Tetapi daam hatinya, Sarah berjanji bahwa ia akan menjadi istri yang taat kepada suaminya.........سُبْحَانَ اللّهُ

Kirimkan kisah ini ke semua sahabat Anda, siapa tahu ada yang mau mengambil manfaat dari kisah ini, sehingga Anda pun akan mendapatkan pahala.....Insya Allah.

Salam Madani Malang.....mari sebarkan kebaikan ^^

وَ السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

You Might Also Like

0 comments: